Selamat datang di blognya orang-orang yang selalu belajar Semoga blog ini dapat menjadi media pembelajaran dan komunikasi khususnya kader-kader IPNU-IPPNU Kab Cilacap

Galery PC IPNU IPPNU Cilacap

Senin, 25 April 2011

LEADERSHIP

KEPEMIMPINAN



A.    Arti Kepemimpinan

·         Kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang menggerakkan perjuangan atau kegiatan seseorang menuju sukses. Dalam diri setiap orang terdapat potensi kepemimpinan, namun sebagian besar tidak disadari olehnya (Robert Schuller)
·         Kepemimpinan bersifat murni subjektif dan sulit diukur secara objektif. Kepemimpinan tidak ada rumusnya dan tidak bisa diajarkan (Geneen).
·         Kepemimpinan adalah suatu bentuk seni yang unik, yang membutuhkan kekuatan dan visi pada tingkat yang luar biasa (Richard Nixon).
·         Kepemimpinan adalah mitos, atau setidak-tidaknya mengandung unsur mitos, karena merupakan keterampilan yang langka. Ia adalah suatu proses insani, penuh dengan uji coba, menang atau kalah, banyak menyita waktu, sesuatu yang kebetulan. Pendeknya, kepemimpinan adalah kharismatik (Bennis dan Nanus).
·         Kepemimpinan sesungguhnya bersumber dari keunggulan manusia, tetapi tidak ada resep atau formula untuk menjalankanya. Ia menyita begitu banyak waktu, memerlukan kerja keras, dan selalu dihantui dengan sinisme. Ia mencari sejauh mana definisi kepemimpinan memberi perhatian pada kualitas kepemimpinan.
·         Kepemimpinan yang berkualitas adalah kemampuan atau seni memimpin orang biasa untuk mencapai hasil-hasil yang luar biasa (Glenn).
·         Kepemimpinan adalah dipahami sebagai proses Dinamis mempengaruhi dan memperkembangkan orang, kelompok atau komunitas untuk mencapai suatu tujuan bersama.

B.    Unsur Kepemimpinan

Dari pengertian tersebut terdapat beberapa unsur kepemimpinan yang perlu dipahami, yaitu ;
1.     Adanya yang dipimpin, baik itu pribadi, anggota kelompok atau komunitas masyarakat.
2.     Adanya pemimpin.
3.     Adanya kegiatan yang menmggerakkan atau melibatkan orang.
4.     Adanya tujuan yang hendak dicapai.
5.     Adanya proses dalam kelompok.
Seorang pemimpin dengan demikian mengambil posisi sebagai pengorganisasi kelompok/anggota kelompok untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian seorang pemimpin membutuhkan tidak saja pengetahuan yang lebih luas mengenai apa yang ingin dituju dan cara mencapai tujuan tersebut, tetapi juga teknik untuk memenangkan hati dan pikiran anggota kelompok tersebut, agar secara sukarela mengembangkan “tenaga dan pikiran” untuk keperluan pencapaian tujuan organisasi.

C.    Hukum Kepemimpinan

Sukses dan gagalnya suatu organisasi melaksanakan misinya hanya dapat diketahui jika pemimpin menjalankan tugasnya dengan baik. Beberapa hukum kepemimpinan yang menuntun seorang pemimpin agar sukses adalah,
1.     berkomunikasi
2.     mengkoordinasi
3.     mengorganisasi
4.     memotivasi
5.     memanfaatkan sumber daya
6.     menetapkan pedoman kerja
7.     mengklarifikasi harapan-harapan

D. Pendekatan Kepemimpinan

Untuk memahami kepemimpinan dapat digunakan empat macam pendekatan
a.                                                    pendekatan Sifat (trait approach)
Pada pendekatan ini dibahas tentang sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin, antara lain banyak mengetahui  (well-informed), tidak kaku (flexible), selalu berperan serta, tidak otoriter (dempkratis), dan tidak suka menyerang dengan kata-kata. Keith Davis (Thoha, 1983) menggambarkan sifat-sifat kepemimpinan itu sebagai kecerdasan, kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, motivasi diri dan mendorong berprestasi, serta sikap hubungan kemanusiaan.

b.     Pendekatan Gaya (stylistyc approach). Dalam kaitan ini ada empat gaya kepemimpinan (menurut Gatto, 1992), yang meliputi;
·          Gaya direktif. Pada dasarnya gaya ini adalah gaya otoriter, yakni semua kegiatan terpusat pada pemimpin sedangkan orang lain diberi sedikit saja kebebasan untuk berkreasi dan bertindak seperti keinginan pemimpin.
·          Gaya kolsultatif. Gaya ini memberi fungsi pemimpin sebagai tempat konsultasi, pemberi bimbingan, motivator, memberi nasehat dalam rangka mencapai tujuan.
·          Gaya partisipatif. Gaya ini bertolak dari gaya konsultatif yang berkembang  kearah saling percaya antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan kepada orang lain, banyak mendengar, menerima, bekerja sama, dan memberi dorongan dalam proses pengambilan keputusan.
·          Gaya free-rein atau gaya delegasi yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk mengambil inisiatif. Gaya ini hanya bisa berjalan jika staf memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran organisasi.

c.   Pendekatan Situasional (situational approach)
Efektivitas organisasi, menurut Fiedler (19740, tergantung pada dua variabel yang saling berinteraksi, yaitu sistem motivasi dari pemimpin, dan tingkat atau keadaan yang menyenangkan dari situasi. Sehingga, menurutnya, situasi kepemimpinan digolongkan pada tiga dimensi;
·          Hubungan pemimpin-anggota, yaitu bahwa pemimpin akan mempunyai lebih banyak kekuasaan dan pengaruh, apabila ia dapat menjalin hubungan yang baik dengan anggota-anggotanya
·          Struktur tugas yaitu bahwa penugasan yang terstruktur  baik, jelas, ekplisit, terprogram, akan memungkinkan pemimpin lebih berpengaruh daripada sebaliknya
·          Posisi kekuasaan, pemimpin akan mempunyai pengaruh dan kekuasaan apabila posisinya atau kedudukannya memperkenankan ia memberi ganjaran, hukuman, mengangkat dan memecat, daripada kalau ia tidak memiliki kedudukan seperti itu.
Kepemimpinan yang efektif ialah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang koperatif dalam kehidupan organisasional dan yang tercermin dalam kecekatannya mengambil keputusan (Siagian, 1982).
d.  Pendekatan Fungsional
Raymond Cattell dianggap pelopor teori ini. Ia berasumsi bahwa sesuatu perilaku yang dapat memberi sumbangan pada pencapaian tujuan kelompok dianggap sebagai kepemimpinan, tidak peduli siapa yang menampilkan perilaku tersebut. Gaya kepemimpinan yang objektif dan tidak memihak ternyata mendorong produktivitas kelompok dibandingkan gaya supervisi perseorangan. 

E. Teori-teori Kepemimpinan
 Beberapa kelompok teori kepemimpinan;
1.     Teori-teori orang besar (Great-Man Theories)
2.     Teori-teori sifat (Trait theories)
3.     Teori-teori Lingkungan (environmental theories) 
Tiap masa mempunyai keunikan dan melahirkan pemimpin yang mempu mengisi kekosongan pada saat itu. Tampilnya pemimpin sebenarnya itergantung pada kemampuan dan ketrampilannya menyelesaikan masalah sosial yang memang sangat dibutuhkan di saat timbul ketegangan, perubahan-perubahan, dan adaptasi.
4.     Teori-teori Situasional-Pribadi (personal-Situational theories)
Berdasarkan teori ini kepemimpinan dihasilkan oleh tiga faktor yang saling berkaitan, yaitu; (1) sifat-sifat pribadi pemimpin; (2) warna dan karakteristik kelompoknya; (3) peristiwa, perubahan, atau masalah yang dihadapi oleh kelompok tersebut.
5.     Teori-teori Psikhoanalitik (Psychoanalytic Theories)
Teori ini menginterpretasikan pemimpin sebagai figur seorang ayah, sebagai sumber kasih dan ketakutan, simbol superego, tempat pelampiasan kekecewaan, frustasi dan agresivitas para pengikut, tetapi juga sebagai orang yang membagi kasih kepada pengikutnya. Pemimpin seperti ini cenderung dan mampu untuk membangkitkan keyakinan, mampu mengatikulasikan cita-cita dan ide, dapat mendominasi para pengikut yang terlebih dahulu sudah siap secara psikologis untuk itu.
6.         Teori-teori Antisipasi-Interaksi (Interaction-Ekpectation theories)
Dua model dalam teori ini antara lain:
    • Leader Role Theory. Variabel utama kepemimpinan ini: action, interaction  dan sentiment. Apabila frekuensi interaksi dan peran serta dalam aktivitas bersama itu meningkat maka perasaan saling memiliki akan timbul dan norma-norma kelompok akan makin jelas. Kepemimpinan ini didefinisikan dalam kerangka pendorong lahirnya interaksi.
    • A Stage Model. Dalam model ini bila pemimpin meninmgkatkan ketrampilan bawahannya, itu juga berarti mendorong bawahan untuk meningkatkan motivasi. Artinya ketrampilan dan motivasi itu akan memperbaiki efektivitas bawahan sendiri.
7.      Teori-teori Manusiawi (Humanistic theories)
         Teori ini menekankan tumbuh kembangnya organisasi yang efektif dan kohesif. Fungsi kepemimpinan ialah memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga orang-ornag dalam organisasi merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi motivasionalnya dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi juga pada saat bersamaan dapat memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.


8.     Teori-teori Pertukaran (Excange Theories)
Bahwa sebenarnya interaksi sosial merupakan suatu bentuk pertukaran (a form of exchange) yang anggota-anggota kelompok memberi dan menerima kontribusi secara sukarela atau Cuma-Cuma

F   Elemen Kepemimpinan
Bleke dan Mouton (1986) mengajukan enam elemen dalam kepemimpinan efektif;
  1. initiative. Pemimpin mengambil inisiatif jika ia melakukan aaktivitas tertentu dan aktivitas itu dilakukan dengan kemauan keras dan didukung oleh bawahan dengan antusiasme.
  2. Inquiry (menyelidiki). Pemimpin selalu butuh informasi yang keomprehensif mengenai bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk itu ia perlu mempelajari latar belakang segala hal.
  3. Advocacy (Dukungan dan Dorongan). Seorang pemimpin perlu mendukung ide yang dimaksud dan meyakinkan orang lain untuk berbuat hal yang sama.
  4. Conflict Solving (memecahkan masalah). Pemimpin wajib menyelesaikan konflik dalam organisasi.
  5. Decision Making (Pengambilan Keputusan). Keputusan yang dibuat hendaknya memberi keuntungan bagi kebanyakan orang.
  6. Critique (Kritik). Kritik diartikan sebagai mengevaluasi, menilai. 

G.    Dimensi Kepemimpinan

      Dalam konteks kepemimpinan, terdapat dua dimensi yang perlu dikembangkan, yaitu pertama,  berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction)  dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpin. Kedua, berkenaan dengan rtingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemimpin.
       Apa yang semestinya dilakukan oleh pemimpin agar kedua dimensi tersebut terpenuhi dan pada gilirannya membuat organisasi berjalan produktif? Apa yang harus dilakukan pemimpin agar ia dapat memberikan “arahan” yang dapat diterima pengurus lain/anggota organisasi serta agar memperoleh dukungan yang maksimal dari keseluruhan elemen organisasi atau mereka-mereka yang dipimpin?

Ada dua tugas utama yang dapat dijelaskan dalam konteks ini
  1. Tugas yang berkaitan dengan sesuatu yang ingin dikerjakan, atau berhubungan dengan kinerja organisasi.
Hal ini meliputi:
(a)      mengupayakan agar kelompok/organisasi melakukan kegiatan tertentu. Dalam hal ini kemampuan untuk mendorong inisiatif anggota akan sangat menentukan.
(b)      Mengatur arah dan langkah kegiatan kelompok/ organisasi.
(c)      Memberikan informasi atau megorganisasi informasi yang dibutuhkan kelompok dalam melaksanakan kegiatan.
(d)      Memberikan dukungan.
(e)        Menilai, mengembangkan mekanisme penilaian terhadap hasil kerja kelompok,
(f)         Menyimpulkan, mengorganisasikan gagasan yang berkembang dalam organisasi/ kelompok untuk keperluan menjadi landasan tindakan-tindakan selanjutnya.
Rincian tugas di ats tentu saja tidak perlu dipahami sebagai suatu tugas individual, melainkan patut dilihat sebagai suatu tugas kepemimpinan yang dapat dilakukan secara individual meupun kolektif. Inti dari tugas pertama tersebut adalah mengupayakan sedemikian rupa sehingga seluruh potensi organisasi dapat secara optimal dipergunakan sebagai wahana mencapai tujuan organisasi.
  1. Tugas yang berkaitan dengan menjaga huibungan dinamis antarpengurus/anggota kelompok/ organisasi.
Hal ini meliputi:
(a)     Mendorong, yakni usaha pemimpin untuk menstimulasi atau memberi rangsangan pada pengurus lain/anggota untuk mengembangkan sesuatu, terutama agar tercipta suasana penuh kekompakan  dalam organisasi.
(b)     Mengungkapkan, yakni kesediaan pemimpin untuk berbagai pendapat dan informasi dengan mereka yang dipimpin, termasuk pula kemauan untuk memberi kesempatan yang dipimpin untuk mengungkapkan hal-hal yang menjadi kepeduliannya.
(c)     Mendamaikan, yakni mengupayakan adannya penyelesaian konflik dalam organisasi secara baik dan tepat, bukan dengan tujuan untuk anti organisasi.
(d)     Mengalah, yakni kesediaan pemimpin untuk menyadari lebuh terbiasa menerima kritik dan bersedia mengubah diri bila keliru.
(e)     Memperlancar, yakni sikap dan tindakan pemimpin yang ditujukan untuk memprmudah partisipasi mereka yang dipimpin dalam kegiatan organisasi dan usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi.
(f)      Memasang aturan main (rule of the game).  Dalam hal ini pemimpin menjadi teladan sekaligus “penjaga utama” berbagai aturan main yang disepakati, sehingga ketertiban dapat
(g)      diwujudkan dalam organisasi. Inti dari seluruh tugas tersebut adalah kebutuhan untuk mengembangkan hubungan yang produktif di kalangan pengurus/ anggota kelompok/ organisasi, yang pada gilirannya dapat mengefektifkan pencapaian organisasi. Wassalam.

D.    Tipe Kepemimpinan


TIPE PEMIMPIN
IMPLIKASI DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN ORGANISASI

OTORITER

Pemimpin membuat keputusan dan Mengumumkannya kepada pengurus/anggota organisasi, tanpa keinginan atau tanggung jawab untuk mendiskusikan alasannya dengan mereka.
Pemimpin membuat dan mengumumkanya keputusannya, tapi “menawarkanya” kepada pengurus lain/anggota dengan cara menjelaskan alasan-alasannya yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu (monolog)
Pemimpin Mengumumkan keputusannya dan mempersilahkan pengurus lain/anggota mengajukan pertanyaan jika ada yang dianggap tidak jelas (ada dialog, tetapi tanpa keinginan sama sekali untuk mengubah keputusan tersebut, kecuali dalam hal-hal yang bersifat teknis)

KONSULTATIF

(DEMOKRAT)
Pemimpin menyampaikan keputusan pokok yang masih “kasar” (tentatif) dan mengajak pengurus lain/anggota untuk mengubah jika perlu (ada dialog dengan keinginan mengubah atau memperbaiki keputusan).
Pemimpin menyampaikan gambaran keadaan dan masalah yang dihadapi pada pengurus lain/anggota, lalu mengajak anggota membahasnya bersama dan akhirnya membuat keputusan berdasarkan masukan-masukan yang diperolehnya dari diskusi dengan mereka.
Pemimpin mengajak pengurus lain/anggota untuk mengidentifikasi bersama tentang gambaran situasi dan masalah yang dihadapi dan membuat kesimpulan bersama, meskipun kata putus tetap diambil oleh sang pemimpin.

PARTISIPATIF

Pemimpin mengajak pengurus lain/anggota mendiskusikan keadaan dan masalah yang dihadapi dan membuat keputusan bersama-sama, tetapi keputusan yang diambil digariskan batas-batas ketentuannya oleh sang pemimpin berdasarkan keadaan nyata organisasi (misalnya; plafon dana, batas waktu penyelesaian, dsb)
Pemimpin mengajak pengurus lain/anggota membahas keadaan dan masalah yang dihadapi, mendiskusikan bersama dan membuat keputusan bersama tanpa pembatasan dan ketentuan, sepenuhnya diserahkan pada diskusi mereka. Pemimpin hanya mengorganisir diskusi tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar